Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2012

Tasawuf

Pengertian Tasawuf Para sufi, orang yang menjalankan tasawuf, tidak sepakat dalam mengartikan tasawuf. Mereka mengemukakan pengertian tasawuf sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing. Al-Junaid al-Baghdadi , bapak tasawuf moderat, mendefinisikan tasawuf sebagai keberadaan bersama Allah tanpa adanya penghubung. Menurutnya, tasawuf berarti “membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang, menekan sifat basyariyah (kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, memberikan tempat bagi sifat kerohanian, berpegang pada ilmu kebenaran dan mengikuti syariat Rasulullah. Sedangkan menurut Abul Qasim al-Qusyairi , tasawuf adalah ajaran yang menjabarkan al-Qur’an dan sunah, berjuang mengendalikan nafsu dan syahwat, dan menghindari sikap meringankan ibadah.. Sementara itu, Abu Yazid al-Bustami mengemukakan bahwa tasawuf berarti mengosongkan diri dari perangai yang tercela, menghiasi diri dengan akhlak terpuji dan mengalami kenyataan ketuhanan. Perbedaan pandangan para sufi dalam mengartikan ta

Kemurnian dan Kesempurnaan Al-Qur'an

Al-Qur’an merupakan mu’jizat dan bukti kebenaran kenabian Muhammad Saw. Berbeda dengan nabi-nabi Allah yang lain, mu’jizat yang Allah berikan kepada nabi terdahulu cenderung bersifat supernatural dan magis. Kemu’jizatan Al-Quran lebih kepada isi kandungan dan susunan kata (kalimat) yang terdapat dalam ayat-ayatnya. Tidak ada seorang pun yang mampu membuat dan menyusun kalimat seindah susunan ayat-ayat Al-Qur’an. Disamping indah, gaya bahasa yang digunakan dalam Al-Qur’an sangat efektif dengan pilihan kata yang tepat dan sesuai dengan pembahasan yang ingin disampaikan. Firman Allah : أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيرًا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa : 82) Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab ada 3 aspek kebenaran dan keotentikan Al-Qur’an: Aspe

Wahyu dan Al-Qur'an

Gambar
A.      Pengertian Wahyu dan Al-Qur’an Al-Qur’an dalam bahasa Arab adalah turunan dari kata “Qara’a” yang berarti bacaan. Secara istilah Al-Quran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril. Sedangkan wahyu secara bahasa berarti sunyi dan cepat. Dalam Al-Qur’an, kata wahyu dapat kita temukan dengan makna yang berbeda-beda diantaranya: Ilham suci yang diberikan kepada manusia, seperti ilham yang diterima oleh Ibu Nabi Musa agar menyusui anaknya (QS. Al-Qasas: 7) Insting yang Allah berikan kepada binatang, seperti insting Lebah untuk membangun rumah di gunung atau pohon (QS. An-Nahl: 68) Isyarat yang cepat, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Zakaria saat akan mendapatkan seorang putra (QS. Maryam: 11) Bisikan Setan dan dorongan hawa nafsu yang ada dalam diri manusia (QS. Al-An’am: 112, 121) Adapun yang dimaksud dengan wahyu adalah firman Allah yang diturunkan kepada

Lurus dan Istiqamah Dalam beribadah

 Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. sebuah ibadah yang sempurna di mata Allah harus memenuhi setidaknya memenuhi dua unsur : lurus sesuai dengan yang digariskan dalam al-Quran :   Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5) ibadah tersebut dilakukan secara istiqamah (kontinu)   Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushilat : 30) ayat ini menjelaskan bahwa jika seorang hamba telah menjalankan ibadah dengan istiqamah maka akan selalu

Makna Ibadah Yang Hakiki